LAPORAN
makalah ini di ajukan untuk mata kuliah
“ulumul qur an ”
Disusun Oleh:
wawan setiawan (123300319)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SULTAN
MAULANA HASANUDIN “SMH” BANTEN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadiran Allah SWT, atas limpahan dan rahmat atas kesehatan yang Allah
berikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini, walaupun
dalam penyajian masih banyak kekurangan. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya
dari alam
kegelapan menuju alam yang penuh dengan kedamaian. Sehingga, sampai saat ini
bisa
merasakan nikmatnya iman dan islam.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, meskipun
demikian penulis berharap makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Oleh sebab itu, kritik dan
saran sangat penulis harapkan dari bapak dan
ibu dosen serta teman-teman pasca untuk dapat menyempurnakan karya tulis ini sesuai
dengan apa yang diharapkan
Wasalamualaikum, Wr.Wb
Serang,
Juli 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ulumul Qur’an merupakan
salah satu komponen yang memiliki peran yang sangat penting. Karena Landasan
pengembangan ilmu ini, seperti sebuah pondasi untuk menegakan islam, dan Al-Qur’an
sebagai sumber pokok pemurnian Islamnya, sebagai lanjutan
dari bahan-bahan yang
sudah tersedia seperti
Ilmu nahwu (Tata Bahasa
Arab), Ilmu Sharaf (Perubahan kata dalam Bahasa Arab), Ilmu
Balaghah , Ma’ani , Bayan (Ilmu
Sastra Arab), Fiqih dan Ilmu Fiqih, Hadits dan Ilmu Hadits, Tauhud dan Ilmu
Tauhid, Tarikh (Sejarah), maka garapan informasi mengenai ilmu-ilmu ini muncul
dalam disiplin yang dikenal dengan nama ‘Ulum
al-Qur’an yaitu ilmu-ilmu yang membahas tentang al-Qur’an.
Dalam Al-qur’an Banyak terdapat rahasia yang belum terungkap didalamnya,
seperti halnya pembuka dalam setiap surat yang ada dalam al-qur’an. Para Ulama
‘Ulum al-Quran banyak membahas rahasia-rahasia pembukaan al-Qur’an, baik
pembukaan al-Qur’an melalui nama-nama keagungan Allah seperti “Alhamdulillah”
dan masih banyak lainnya yang akan dibahas dalam makalah ini.
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ulumul qur’an
Ulumul qur’an
berasal dari dua kata ”ulum’’dan ‘’Qur’an’’ulum itu bentuk jamaknya dari
‘’ilm’’ yang berartian ilmu-ilmu. Sedangkan Al-qur’an adalah kitab suci yang di
turunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril sebagai
pedoman hidup manusia. Jadi ulumul Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang
Al-Qur’an.
Pengertian
Al-qur’an secara bahasa berasal dari
bahasa Arab yaitu (bacaan)Sedangkan menurut istilah adalah (perkataan Allah). Al-qur’an
diturunkan secara berangsur-angsurnyakni pada bulan Ramadhan 17 Ramadhan,selama
22 tahun 2 bulan 22 hari melalui malikat jibril untuk menyampaikan wahyu kepada
Rasulullah SAW.
Bagi setiap
orang yang membaca Al- qur’an mendapat
pahala dan termasuk ibadah. Didalam Al-qur’an
tedapat 30 juz 114 surat dan 6666 ayat.
2.2 Ruang Lingkup Ulumul Qur’an
Didalam ruang
lingkupnya terdapat banyak yang
dibahas diantaranya : B.Arab, I’rob,
Al-qur’an, metode diskusi, Qira’at Al-quran, sejarah Al-qur’an, kisah nabi,
Ilmu kemasyarakatan, Munasabbah, Fk Qur’an (hubungan), aksham (sumpah- sumpah
dalam Al-qur’an),Al-Amtsal Fil Qur’an (perumpamaan-perumpamaan dalam
Al-Qur’an).
Menurut syech jalaluddin ruang
lingkup ulumul Qur’an terdapat Astronomi dan kedokteran( kesehatan), karena
menurutnya didalam penjelasan Al-Qur’an juga membahas tentang benda-benda
angkasa, dan ilmu kesehatan (jiwa rohani).
2.3 Manfaat mempelajari Ulumul Qur’an
Adapun manfaat
mempelajari Al-Qur’an antara lain adalah:
1.
Mampu
menguasai berbagai ilmu pendukung dalam rangka memahami makna yang terkandung
dalam Al-Qur’an.
2.
Membekali diri
dengan persenjataan ilmu pengetahuan yang lengkap, dalam rangka membela
Al-Qur’an dari berbagai tuduhan dan fitnah yang muncul dari pihak lain
3.
Seorang
penafsir (mufassir) akan lebih mudah mengartikan Al-Qur’an dan mengiplementasikanya
dalam kehidupan nyata.
Nama anggota :
Ria syah fitri
Entu
hotimatul husna
2.4 Sejarah
turun dan penulisan al-qur’an
kerinduan nabi terhadap kedatangan wahyu tidak saja di
eksprsikan dalam untuk hafalan, tetapi juga dalam bentuk tulisan. Nabi memiliki
sekreteris pribadi yang khusus bertugas
mencatat wahyu. Mereka adalah Abu bakar umar,usman,ali,abbulangan bin sa’id,
khalid bin said, khalid bin Al-walid, dan muawiah bin Abi sufyan. Proses penulisan
Al-qur’an,pada masa nabi sangat sederhana. Mereka menggunakan alat tulis yang
sederhana dan berupa lontaran kayu, pelepah kurma, tulang belulang,dan batu.
Kegiatan tulis menulis Al-qur’an pada masa Nabi
disamping dilakukan oleh para sekretaris nabi, juga di lakukan oleh para
sahabat lainnyan.
Al-qur’an diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22
hari, yaitu pada malam 17 ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi atau tahun 10
H. Proses trunnya Al-qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, itu melalui tiga tahapan,
yaitu:
1.
Al-qur’an
turun sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh, suatu tempat ang merupakan
catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah.
2.
Al-qur’an
diturunkan dari lauh al-mahfuzh ke bait
al izzah (tempat yang berada di langit dunia)
3.
Al-qur’an
diturunkan dari bait al-izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan berangsur-angsur
sesuai dengn kebutuhan. Ada kalanya satu ayat, dua ayat dan bahkan
kadang-kadang satu surat.
2.5 Pada
masa abu bakar ash-shidik,
seluruh
Al-qur’an sudah di tulis pada waktu nabi masih ada. Hanya saja pada saat itu surat-suratnya di tulis denag terpencar-
pencar.oarang yang pertama kali menysun dalam satu mushaf Abu bakar ash-shidik,
usaha pengumpulan tulisan Al-qur’an yang dilakukan oleh Abu bakar terjadi pada
perang yamamah pada tahun 12 H. Peperangan yang bertujuan menumpas habis para
pemurtad yang juga para pengikut
musailamah Al-kadzab itu ternyata telah menjadi 700 orang sahabat
penghafal Al-qur’an syahid.khawatir akan semakin hilanya para penghafal
Al-qur’an. Umar datang menemui Abu bakar agar segera mengitruksikan pengumpulan
Al-qur’an berbagai sumber, baik yang tersimpan dalam hafalan msupun tulisan.
2.6 Zaid
bin tsabit,
salah seorang sekretaris nabi. Abu bakar dan Umar bin
khathab mempercayai Zaid bin Tsabit
Untuk
menyusun/ menulis Al-qur’an. Tapi bagi Zaid
tugas yang di perayakan oleh Abu bakar dan umar kepadanya itu bukn hal
yang ringan yang ringan, Zid dalam mengerjakan tugas itu, Zaid tidak menetapkan
ayat yang hanya berdasarkan hafalan, tampa di dukung tulisan.
Pekerjaan yang
di bebankan kepundak Zaiz itu, zaid dapat menyelesaikan dalam waktu kurang
lebih satu tahun, yaitu pada ahun 13 H. Dibawah pengwasan Abu bakar, Umar dan
para tokoh sahabat lainya.
(ketiga tokoh
yang di sebut-sebut dalam pengumpulan Al-qur’an pada masa Abu bakar, yaitu: Abu
bakar, dan zaid)
Setelah Abu
bakar wafat suhuf-suhuf Al-qur’an itu di simpan khalifah Umar dan ketika umar
wafat, mushaf itu disimpan hafsah, bukan oleh utsman bin affan sebagai khalifah
yang menggantikan umar.
Penyempurnaan
penulisan Al-qur’an setelah masa
khalifah. Ada dua tokoh yang bejasa dalam hal ini, yaitu Ubaidillah bin
Ziyad(w.67 H) Dan Hajjaj Bin Yusuf ats Tsaqofi (W.95.H)
Penyempurnaan
terhadap mushaf Utsmani pada sebelas tempat yang karnanya membaca mushaf lebih
mudah. Upaya penyempurnaanya itu tidak ber berlangsung sekaligus, tetapi
bertahap dan dilakukan oleh setiap generasi sampai abad 111 H (atau akhir abad IX
M).
Dan Abu
al-Aswad Ad’uli, yahya bin ya’mar, dan Nashr bin Ashim Al-laits, orang yang
petama kali meletakan tandan titik pada mushaf utsmani, dan ada juga yang
pertama kali meletakan tanda hamzah, tasydid, Al-raum dan al ishmam adalah Al-
Khalil bin Ahmad, Al- farahidi. Al-Azdi.
Diberitahukan
bahwa khalifah AL- Walid (Memerintahkan dari tahun 86-96 H) memerintahkan
Khalid bin al- hayyaj yang terkenal keindahan tulisanya untuk menulis mushaf
Al-qur’an. Dan untuk pertama kalinya Al-qur’an dicetak di bundukiyyah pada
tahun 1530 M, Tetapi begitu keluar , dimusnakan oleh penguasa gereja. Dan
keluarlah cetakan kedua, yang di cetak oleh Hilkenman (jerman) pada tahun 1698
M. Tapi sayangnya dari cetakan Al-qur’an itu tidak ada di dunia islam(palsu).
Penerbit Al-qur’an
dengan label islam, itu baru dimulai pada tahun 1787, yang menerbitkannya
adalah Maulaya Utsman, dan di cetak di Sint- petersebourg, rusia, unisovyet
sekarang. Di negara Arab, dan pada saat itu pula raja Fuad
dari mesir membentuk penelitian khusus untuk penerbitan Al-qur’an, di
perempatan pertama abad XX. Panitia yang di motori oleh para syekh Al-Azhar ini
pada tahun 1342 H/1926 M. Berhasil menerbitkan mushaf Al-qu’an yang bagus.
Mushaf yang terbit di negeri arab di cetak sesuai dengan riwayat hafsah atau
qira’at Ashim.
2.7 sejarah dan perkembangan
ilmu al-qur’an
Dalam sejarah
perkembangan al-qur-an terdapat dua fas yang dapat membedakan perkembangan
al-qur’an diantaranya yaitu ;
1.
Fase sebelum kodifikasi (Qobla ‘ashr At-Tadwin )
Pada fase ini ulumul qur’an
merupakan benih yang merupakan kemunculanya
Sangat dirasakan masih ada. Pada fase ini para sahabat sangat lebih cinta
dan sangat mempelajari al-qur’an, Abu
aburahman asulami menceritakan para ulama tidak akan berpindah ayat di bawah
ini yang diriwayatkan oleh ahmad tirmidzi
yaitu : ‘’yang dimaksud orang-orang yang di murkai Allah adalah orang-orang
yahudi, sedangkan yang di maksud dengan orang –orang yang tersesat adalah orang
orang nasrani.
2.
Fase kodifikasi
Pada fase ini mungkin lebih kepada pengklasifikasian seperti ilmu kunci
yang disebut nahwu dan sorof.
2.8 pengumpulan al-qur’an (
jami’ al-qur’an)
Pada
proses ini terdapat dua proses, yaitu ;
a.
Proses penghafalan al-qur’an
Pada proses ini nabilah yang menjadi prioritas utama para umat muslim,
kaerna pada saat ayat turun Nabi langsung menghafal dan memahainya lalu ayat
tersebut disampaikan langsung oleh nabi kepada shabat dan umat muslim begitu
juga sahabat, mereka langsung menghafal saat nabi menyampaikan ayat al-qur’an.
Dengan demikian nabilah yang menjadi orang yang pertama yang menerima dan
itulah salah satu kelebihan nabilah suri tauladan yang baik. Berikut ini ada 7
sahabat nabi yang terkenal dengan hafalanya :
1.
Abdullah bin mas’ud
2.
Salim bin mi’kal
3.
Mu’azz bin sabbal
4.
Ubay bin ka’b
5.
Zaid bin tzabit
6.
Abu zaid bin bin as-sakan
7.
Abu ad-darda
b.
Proses penulisan alqur’an
1.
Proses penulisan pada masa nabi
2.
Proses penulisan pada masa sahabat
3.
Proses penulisan pada masa setelah sahabat
2.9 proses diturunkannya
al-qur’an itu mulai tiga tahap ‘ yaitu:
1.
Al-qur’an turun secara
sekaligus dari Allah ke lauh- al-mahfudz, yaitu suatu tempat yang
merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah.
2. Al-qur’an diturunkan dari lauh al-mahfudz itu ke bait al- izzah (tempat
yang berada di langit dunia )
3. Al-qur’an diturunkan melalui bait al-izzah kedalam hati nabi dengan jalan
berangsur-angsur Sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat,
bahkan terkadang satu surat.
2.10
hikmah diturunkanya al-qur’an secara berangsur-angsur
1.
Memantapkan
hati nabi
2.
Menentang dan melemahkan para penentang al-
qur’an
3.
Memudahkan
untuk di hafal dan di pahami
4.
Mengikuti
setiap kejadian (yang dikarenakannya ayat-ayat al-qur’an turun)
5.
Dan melakukan
pentahapan dalam penetapansyari’at
6.
Membuktikan
dengan pasti bahwa al-qur’an turun dari Allah yang maha bijak sana
Nama anggota :
1.
Abdul wafi
2.
Lia nurazizah
2.11 Pengertian
Asbab An-Nuzul
Ungkapan Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhofah dari
kata “Asbab”. Secara etimologi, Asbab An-Nuzul adalah sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Secara terminologi definisi asbabul nuzul menurut para
ulama, diantaranya:
a.
Menurut Az-Zarqani
“ asbab an-nuzul” adalah khusus atau sesuatu yang terjadi
serta ada hubungannya dengan turunnya ayat al-quran sebagai penjelas hukum pada
saat peristiwa itu terjadi.
b.
Ash-Shabuni
“asbab an-nuzul’ adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya sesuatu atau beberapa ayat yang mulia yang berhubungan
dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan
kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
c.
Subhi Shalih
“asbab an-nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab
turunnya sesuatu atau beberapa ayat al-quran (ayat-ayat) terkadang menyiratkan
peristiwa itu, sebagai respon atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap
hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.
d.
Mana’Al-Qathan
“asbab an-nuzul” adalah peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan turunnya al-quran berkenaan dengan peristiwa itu terjadi, baik
berupa satu kejadian atau berapa kejadian yang diajukan kepada nabi.
2.12 Urgensi dan
Kegunaan Asbab An-Nuzul
Mayoritas ulama sepakat bahwa
konteks kesejarahan yang terakumulasi dalam riwayat-riwayat asbab an-nuzul
merupakan satu hal yang signifikan untuk memahami pesan-pesan al-quran.
Dalam uraian yang lebih rinci, Imam az-zarqani mengemukakan urgensi asbab an-nuzul dalam
memahami al-quran, sebagai berikut:
1.
Membantu dalam memahami sekaligus dalam menangkap pesan ayat-ayat al-qur’an
2.
Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum
3.
Membantu mengetahui sejarah al-quran
4.
Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-quran, bagi ulama yang
berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus dan
bukan lafadz yang bersifat umum.
5.
Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat al-quran turun.
6.
Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu
kedalam hati orang yang mendengarnya. Sebab, hubungan sebab akibat, hukum,
peristiwa, pelaku, masa, dan tempat merupakan satu jalinan yang bisa mengikat
hati.
2.13 Cara mengetahui riwayat asbab an-nuzul
Dalam kitab asbab an-nuzul karangan al-wahidi menyatakan:
Artinya: pembicaraan asbab an-nuzul tidak dibenarkan
kecuali dengan berdasarkan riwayat dan mendengar dari mereka yang secara
langsung menyaksikan peristiwa nuzul, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya.
Para ulama salaf sangatlah keras dan ketat dalam menerima
berbagai riwayat yang berdekatan dengan asbab an-nuzul. Berkaitan dengan asbab
an-nuzul, ucapan seorang tabi’ tidak dipandang sebagai hadist marfu’, kecuali
bila diperkuat oleh hadis mursal lainnya, yang diriwayatkan oleh salah seorang
imam tafsir yang dipastikan mendengar hadis itu dari nabi. Para imam tafsir itu
diantaranya: ikramah, mujahid, sa’d abn jubair, ‘atha, hasan basri, sa’id ibnu
musyayad, dan adh-dhahak.
2.14 Macam-macam Asbab An-Nuzul
1. Dilihat dari sudut pandang redaksi-redaksi yang dipergunakan
dalam riwayat asbab an-nuzul Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perowi
untuk mengungkapkan riwayat asbab an-nuzul, yaitu sharih (jelas) dan muhtamilah
(kemungkinan).
Radaksi disebut sharih apabila perowi mengatakan:
Artinya: sebab turun ayat ini adalah...
Contoh riwayat asbab an-nuzul yang menggunakan redaksi
sharih adalah sebuah riwayat yang dikemukakan oleh jabir bahwa orang yahudi
berkata, “ apabila seorang suami mendatangi ( qubul ) istrinya dari belakang,
anak yang lahir akan juling.”
Maka turunlah ayat:
Artinya: istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat
bercocok tanam, maka datangilah tempat bercocok tanamanmu itu bagaimana kamu
kehendaki. Apapun redaksi yang yang digunakan termasuk muhtamilah bila perowi
mengatakan:
Artinya: ayat ini turun berkenaan dengan...
Misalnya, riwayat ibnu umar yang mengatakan:
Artinya: ayat, istri-istri kalian adalah (ibarat) tanah
tempat bercocok tanam, turun berkenaan dengan mendatangi (menyetubuhi) istri
dari belakang.
2.
Dilihat dari sudut pandang berbilangnya asbab
an-nuzul untuk satu ayat atau berbilangnya ayat untuk asba an-nuzul.
a)
Berbilangnya asbab an-nuzul untuk
satu ayat (ta’addud as-sabab wa nazil al-wahid) .
pada kenyataannya tidak setiap ayat memiliki riwayat
asbab an-nuzul dalam satu versi. Adakalanya satu ayat memiliki bebrapa versi
riwayat asbab an-nuzul. Bentuk variasinya itu terkadang pula dalam kualitasnya,
untuk mengatasi variasi riwayat asbab
an-nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara-cara
berikut:
1.
Tidak mempermasalahkannya
2.
Mengambil versi riwayat asbab an-nuzul yang menggunakan redaksi sharih
3.
Mengambil versi yang shahih (valid)
Adapun terhadap variasi riwayat asbab an-nuzul dalam satu
ayat, versi berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Mengambil versi riwayat yang shahih
2.
Melakukan study yang efektif (tarjih)
3.
Melakukan study kompromi ( jama’).
b) Variasi ayat untuk satu sebab (ta’addud nazil wa as-sabab
al wahid) terkadang suatu kejadian
menjadi sebab bagi turunyya dua ayat atau lebih. Hal ini dalam ulum al-quran
disebut dengan istilah “ ta’adud nazil wa as-sabab al-wahid” (terbilang ayat
yang turun, sedangkan turunnya satu).
2.15
Kaidah “ al-ibroh”
Ada sebuah
persoalan yang penting dalam pembahasan asbab an-nuzul, misalkan telah terjadi
suatu peristiwa atau ada satu pertanyaan kemudian satu ayat turun untuk
memberikan penjelasan atau jawabannya, tetapi ungkapan ayat tersebut
menggunakan redaksi ‘amm (umum) hingga boleh menjadi mempunyai cakupan yang
lebih luas dan tidak terbatas pada kasus pertanyaan itu.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang harus menjadi
pertimbangan adalah keumuman lafadz dan bukannya kekhususan asbab (al-‘abroh
bi’umum al-lafdzi la bi khusus as-sabab).
Ibnu taimiah berpendapat bahwa banyak ayat yang
diturunkan berkenaan dengan kasus tertentu bahkan terkadang menunjuk pribadi
seseorang. Kemudian dipahami sebagai berlaku umum, misalnya surat al-maidah (5)
ayat 49 tentang perintah kepada nabi untuk mengadili secara adil, ayat ini
sebenarnya ditunkan sebagai kasus bani quraidzah dan bani nadhir.
2.16 Ungkapan-ungkapan
asbab an-nuzul
Ungkapan atau ibarat yang
dipergunakan dalam menerangkan sebab an-nuzul suatu ayat itu berbeda-beda. Ada
yang dengan jelas mengatakan lafadz sebab, seperti sebab turun ayat begini,
maka ungkapan yang demikian itu jelas merupakan nash yang shalih (pernyataan
yang jelas) tentanmg sebab turunnya ayat itu dan tidak mengandung pengertian
yang lainnya. Adapula yang menyatakan bukan dengan lafadz sebab tetapi dengan
menggunakan huruf fa(huruf athof) yang masuk kedalam materi turunya ayat ,
mengiringi suatu peristiwa yang terjadi, maka ungkapan yang demikian itu
dipandang nash yang sharih (pernyataan yang jelas) pula tentang sebab turunya
ayat itu. Selain dari pada itu, adapula seorang perowi menggunakan ungkapan
ayat ini turun tentang itu, maka ungkapan ini mengandung dua kemungkinan, yakni
mungkin itu merupakan sebab turunnya ayat tersebut, dan mungkin pula penjelasan
tentang hukum yang dikandung oleh ayat itu.
Nama anggota :
1. devita erimedia
2. sri handayani
2.16 Pengertian
Munasabah
Kata munasabah secara etimologi, menurut
As-suyuthi berarti al-musyakalah (keserupaan) dan al-muqarabah (kedekatan).
Az-Zarkaysi memberi contoh sebagai berikut: Fulan yunasib fulan, berarti si A
mempunyai hubungan dekat dengan si B dan menyerupainya. Dari kata itu, lahir
pula kata “an-nasib,” berarti kerabat yang mempunyai hubungan seperti dua orang
bersaudara dan putra paman. Sedangkan
menurut
pengertian terminology, munasabah dapat didefinisikan sebagai berikut:
Menurut Manna’ Al-Qaththan.
1.
وجه
الارتباط بين الجملة وااجملة فالايةالواحدة او بين الاية والاية فى الاية المتعددة
او بين السورة والسورة.
Artinya: “Munasabah
adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan satu ayat, atau antar ayat
pada beberapa ayat, atau antar surat (di dalam Al-Qur’an).
Pada dasarnya pengetahuan tentang munasabah atau
hubungannya antar ayat-ayat itu bukan merupakan hal yang Tauqifi, (ketetapan
Nabi), tetapi didasarkan pada ijtihad seorang mufassir dan tingkat
penghayatannya terhadap kemu’jizatan al-Qur’an, rahasia retorika, dan segi
keterangannya yang mandiri. Apabila munasabah atau hubungan itu halus maknanya,
harmonis konteknya dan sesuai dengan asas-asas kebahasaan dalam ilmu-ilmu
bahasa arab, maka hubungan tersebut dapat diterima.
Jadi, dalam konteks ‘Ulum Al-Qur’an,
Munasabah berarti menjelaskan korelasi makna antarayat atau antarsurat, baik
korelasi itu bersifat umum atau khusus; rasional (‘aqli), persepsi (hassiy),
atau imajinatif (khayali); atau korelasi sebab-akibat, ‘illat dan ma’lul,
perbandingan, dan perlawanan.
2.17 Macam-Macam Munasabah
Dilihat dari segi sifat munasabah atau keadaan
persesuaian dan relevansinya, munasabah itu ada dua macam, yaitu:
a. ظاهر الارتبا طا (persesuaian yang nyataatau persesuaian yang tampak jelas )
Dikatakan sebagai
persesuaian yang nyata karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat
sekali, seolah-olah ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang sama.
Contoh pada
surat Al-Isra,
ayat 1:
سبحا
ن الدي اسرى بعبده ليلا من ا لمسجد ا لحرام الى المسجدالاقصى
Artinya:”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha.......”.
(Qs.Al-Isra: 1).
Ayat tersebut menerangkan tentang Isra Nabi Muhammad
SAW selanjutnya pada surat Al-Isra ayat 2:
واتينا
موس الكتاب وجعلناه هدى لبني اسر ئيل
Artinya :“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat)
dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil.........”. (QS.
Al-Isra:2)
Ayat
tersebut menjelaskan diturunkannya kitab Taurat kepada Nabi Musa AS.
b.
خفتى
الارتباط(pesesuaian
yang tidak jelas)
Persesuaian yang
tidak jelas ialah samarnya persesuaian antara ayat yang satu dengan ayat yang
lain, bahkan seolah-olah masing-masing ayat/surat itu berdiri sendiri-sendiri,
baik karena ayat yang satu itu di’athafkan kepada yang lain, maupun karena yang
satu bertentangan dengan yang lain.
Contoh hubungan antara surat al-Baqarah ayat 189,
dengan surat al-Baqarah ayat 190. Ialah
:
يَسْـَٔلُونَكَعَنِٱلْأَهِلَّةِقُلْهِىَمَوَٰقِيتُلِلنَّاسِوَٱلْحَجِّ
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit, Katakanlah
: Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji.”(Qs. Al-Baqarah:189)
Sedang ayat 190
surat al-Baqarah menyebutkan:
وَقَٰتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَكُمْ
وَلَا تَعْتَدُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ ﴿١٩٠﴾
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi
jangan melampaui batas Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas”(Qs.
al-Baqarah:190).
Dilihat dari segi materinya munasabah ada dua macam,
yaitu:
a.
Munasabah Antar Surat
As-Suyuthi menyimpulkan bahwa munasabah antar satu surat
dengan surat sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada
surat sebelumnya. Sebagai contoh, dalam surat Al-Fatihah
(1) ayat 1 ada ungkapan Alhamdulillah. Ungkapan ini berkolerasi
dengan surat Al-Baqarah (2) ayat 152 dan186 .
فاد
كرو ني اد كركم وسكرو لي ولا تكفرون.(البقرة:152)
Artinya:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-ku” (QS.Al-Baqarah
(2): 152).
b. Munasabah Antar Ayat
Munasabah antar ayat, yaitu munasabah antara ayat yang
satu dengan ayat yang lain. Munasabah
ini berbentuk persambungan-persambungan, sebagai berikut:
1)
Di’athafkannya
antara ayat yang satu kepada ayat yang lain, seperti munasabah antara ayat 103
surat Ali Imran dengan ayat 102 surat Ali Imran:
واعتصموا
بحبل الله جميعا ولا تفرقوا (ال عمران:301)
“ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS. Ali-Imran:103)
Surat Ali Imran ayat: 102
ياايهاالدين
امنوا اتقوا الله حق تقا ته ولاتموتن الا وانتم مسلمون
“ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar
taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.”(QS.
Ali-Imran:102).
Mereka juga
menghindari pembicaraan mengenai contoh-contoh yang di dalamnya terdapat ayat
yang dihubungkan (di-‘athaf-kan) dengan ayat sebelumnya, sementara aspek
hubungan antara keduanya didasarkan pada aspek penyatuan. “seperti dua hal yang
sama dan serupa. Hubungan antara keduanya terkadang berlawanan, seperti munasabah
antara rahmat yang disebut setelah siksa, senang setelah takut. Kebiasaan
Al-Qur’an yang agung adalah menyebut hukum, setelah itu menyebut janji dan
ancaman.
2.18 Urgensi dan Kegunaan Mempelajari Munasabah
1.
Untuk membantu dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.
Bila orang tidak menemukan sebab nuzulnya. Setelah diketahui hubungan suatu
kalimat atau suatu ayat dengan kalimat atau ayat yang lain, dimungkinkan
seseorang akan mudah mengistinbathkan hukum-hukum atau isi kandungannya.
2.
Mengetahui munasabah/hubungan antara bagian al-Qur’an,
baik antara kalimat-kalimat atau ayat, maupun surat-suratnya yang satu dengan
yang lain, akan lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab
al-Qur’an, sehingga memperkuat keyakinan seseorang terhadap kewahyuan al-Qur’an
dan kemu’jizatannya. (Abdul Djalal, H.A, 1998:165).
3.
Untuk memahami keutuhan, keindahan, dan kehalusan bahasa,
serta membantu seseorang dalam memahami keutuhan makna al-Qur’an itu sendiri.
Untuk
menemukan korelasi/hubungan antara ayat, sangat diperlukan kejernihan rohani
dan rasio, agar orang terhindar dari kesalahan penafsiran (Muhammad Chirzin,
1998:58).
2.19
Keistimewaan-keistimewaan
surat Makkiyah
Diantara keistimewaan surat-aurat makkiyah,
ialah banyak surat-suratnya yang dibuka (dimulai) dengan huruf-huruf Hijaiyah.
Pembuka-pembuka
surat (fawtihus suwari) disebut di dalam berbagai macam bentuk:
a.
Ada yang hanya terdiri dari satu huruf. Ini
terdapat pada tiga surat: Shad, Qaf, dan Al-Qalam (surat 38, 50 dan 68).
Pertama, dimulai dengan Shaad, kedua,
dimulai dengan Qaaf, dan yang ketiga
dimulai dengan Nuun.
b.
Ada yang terdiri dari dua huruf. Ini terdapat
pada sepuluh surat. Tujuh surat diantaranya, dinamakan hawaamim (surat-surat Haamim), karena surat-surat ini dimulai dengan huruf ha dan mim. Yaitu surat
40 hingga surat 46 yakni: surat-surat Ghafir, Fushshilat, Asy Syura, Az
Zukhruf, Al Jatsiyah dan Al Ahqaf, sedang surat yang ke-46 digabungkan kepada ha mim, yang padanya terdapat ‘ain, sin, qaf. Surat yang kedelapan dari yang kesepuluh ini,
ialah Tha ha (surat yang ke-20)
c.
Ada yang terdiri dari tiga huruf. Ini terdapat
pada tiga belas surat. Enam surat
dimulai dengan Alif lam mim; yaitu
surat-surat Al Baqarah, Ali Imran, Al Ankabut, Ar Rum, Luqman dan As Sajdah. Lima surat dimulai dengan Alif lam Ra, yaitu: Yunus, Hud, Yusuf,
Ibrahim dan Al Hijr. Dua surat dimulai dengan Tha Sin Mim, yaitu surat Asy Syu’ara dan Al Qashash.
d.
Ada yang
dimulai dengan 4 huruf, yaitu: surat Al A’raf dn Ar Ra’d. Surat Al A’raf
dimulai dengan Alif Lam Mim Shad, sedang
surat Ar Ra’d dimulai dengan Alif Lam Mim
Ra.
e.
Ada yang terdiri dari 5 huruf. Ini terdapat
pada satu surat saja, yaitu surat Maryam. Surat ini dimulai dengan Kaf Ha’ Ya’ Ain Shad.
2.21 Makna-makna
Huruf Pembuka Surat menurut Ibnu Abbas
Fawatihus Suwari
(pembuka-pembuka surat) ada 29 macam, yang terdiri dari tiga belas bentuk. Huruf yang paling banyak terdapat dalam
pembuka surat itu, ialah Alif dan Lam. Kemudian Mim,
kemudian Ha’, kemudian Ra’, kemudian Sin, kemudian Tha’,
kemudian Shad, kemudian Ha’ dan Ya’ dan ‘Ain dan Qaf, dan akhirannya Kaf dan Nun
Berikut pembagianny :
1.
Yang satu huruf
Shad.
(suratShad [38]:1)
“Shad,
dhiddu ‘an al-Huda, ay Aharafa ahlu makkah ‘an al-haqqi wa al-Huda”, shad adalah lawan al-huda (petunjuk), atau penduduk Mekkah berpaling dari
hak dan dari petunjuk.“Abu Jahal :wa
yaqulu shad shadiqun fi qaulihi” pendapat Abu Jahal shad ialah benar setiap
perkataannya. “wa yaqulu shad ismun min
asmaillah shadiqun” pendapat lain lagi ialah shad satu nama dari nama-nama
Allah yang benar, “wa yaqulu qasamun
aqsamu bihi”shad, sumapah dimana Aku bersumpah dengannya.
Qaf. (surahQaf [50]:1)
Qaf:
huwa jabalun ‘adzim (dia adalah gunung yang sngat
besar), aw isyaratun ila qudratillah
aqsamu Ta’ala ‘ala al ba’tsi aw qasamullahu bihi : atau isyarat kepada Maha
kuasanya Allah dimana Allah bersumpah tentang hari kebangkitan, atau Allah
bersumpah dengan kekuasaan-Nya.
Nun (surah al-Qalam[68]:1)
Aqsamullah
binnun wa hiya isyaratun ila ni’amillah fil bihari min al-asmaki wa al-lalaiy
wa ghairiha; “Allah bersumpah dengan Nun, ialah
isyarat kepada nikmat-nikmat Allah yang banyak di lautan berupa ikan-ikan dan
segala isinya.” Aw isyaratun ila ma
awda’ullahu fi qulubihi al-‘ulamai min al-‘ulum wa al-ma’arif wa al-asrar;
atau isyarat kepada titipan Allah kepada para ulama berupa ilmu-ilmu, ma’rifat
dan rahasia-rahasia.
2.
Yang dua huruf
Thaha. (surat Thaha
[20];1)
Ya
rajulun, hadzihi billisani maakkiy, ay ya Muhammad! Wahai laki-laki, ini bahsa/
dialek mekkah, atau “ya Muhammad!”
Dalam
riwayat lain, satu dianatara 70 nama Muhammad di dalam al-Qur’an.
Yasin.
9surah yasin [36]:1)
Wahai
manusia, ini bahasa Suryani. Sumpah dimana aku bersumpah dengan ya dan sin dan
dengan al-Qur’an yang sangat bijaksana, dan aku bersumpah dengan al-Qur’an yang
sangat bijaksana dengan halal haram, perintah dan larangan, bahwa sesungguhnya
engkau wahai Muhammad tergolong diantara rasul-rasul, dan untuk inilah sumpah
itu
3.
Yang tiga huruf
Alif lam mim. (surahal-Baqoroh [2]:10)
Alif : Allah, Lam: Jibril, Mim : Muhammad, tetapi ada pendapat : alif :alauhu, (nikmat-nikmat-Nya), Lam: luthfuhu(kelembutan-Nya) mim : mulkuhu, (kerajaan-Nya), pendapat
lain; alif: ibtidau ismihi lathifun,
(memulai nama-Nya dengan Lathifun), mim:
ibtidau ismihi majid,anallah a’lam (saya Allah lebih mengetahui) dan ada pula
pendapat qasamun aqsamu bihi (sumpah
dimana Aku bersumpah dengannya)
Alif Lam Ra.(surah Yunus [10]:1)
Alif
Lam Ra : Anallahu ara (Aku Allah melihat…), wa yaqulu(ada pendapat lain) : qasamun aqsamu bihi : (sumpah dimana Aku
bersumpah dengannya)
Tha Sin Mi. (surah al-Syuara
[26]: 1)
Tha
Sin Mim, Al-Thau : thu luhu wa qudratuhu (Al-Thau
ialah anugrah-Nya dan kekuasaan-Nya), al-sin
: sana uhu (pujian kepada-Nya), mim :
mulkuhu (kekuasaan-Nya), wa yaqulu
(ada pendapat lain), qasamun aqsama bihi
(Sumpah dima Aku bersumpah dengannya)
4.
Yang empat huruf:
Alif Lam Mim Shad. (surahal-‘Araf
[7]:1)
Alif lam mim shad. Annallahu a’lamu wa afdhalu (Aku Allah yang lebih
mengetahui
dan yang lebih utama)
Alif
Lam Mim Ra. (surah al-Ra’du
[13]:1)
Alif
Lam Mim Ra : anallahu a’lamu wa ara na ta’malun wa taqu lun (Aku Allah lebih mengetahui dan melihat apa yang mereka kerjakan dan
apa yang mereka katakana)
5.
Yang lima huruf
Kaf Ha Ya ‘Ain Shad. (surahMaryam
[19]:1)
Kaf
Ya ‘Ain Shad: huwa
tsana un atsna ‘ala nafsihi (Allah memuji terhadap dirinya sendiri) Yaqulu ; Kaf: Hadun (pemberi hadiah), ‘alimun (maha mengetahui), shadiqun (Maha Benar), pendapat lain ; Kaf: Kafun li khalqihi (Allah memelihara
terhadap makhluk-Nya), Ha : Ha dun
likhalqihi (pemberi petunjuk kepada makhluk-Nya), Ya : Yadullah ‘ala khalqihi (kekuasan Allah diatas makhluk-Nya), ‘Ain : ‘Alimun bi amrihim (Allah
mengetahui urusan mereka), Shad : Sha
diqun bi wa’dihi (benar terhadap janji-janji-Nya).
Ham Min
‘Ain Sin Qaf. (surahal-syuara [42]:1)
Pujian Allah yang dipujikan terhadap
diri-Nya sendiri. Pendapat lain. Al-Hau :
hilmuhu (Maha Penyantun Allah). Mim :
mulkuhu (kekuasaan-Nya). Al-‘Ain : ‘Ilmuhu (Ilmunya Allah). Sin : Sana uhu (Keutamaan-Nya). Qaf
: Qudratuhu ‘ala Khalqihi (Kemaha kuasaan Allah terhadap makhluk-Nya).
2.22 Makna pada
Fawatihus Suwari
1. Pembukaan surah
dengan lafal “pujian”
Ada empat belas
surah yang dimulai dengan lafal yang mengandung “pujian” ke hadirat Allah
Lafal Tahmid
(Alhamdulillah)
|
|
|
al-Fathihah [1]
|
Saba [34]
|
|
Al-An’am[6]
|
Fathir [35]
|
|
Al-Kahf [18]
|
|
|
Lafal Tasbih
dalam bentuk mashdar, fi’il madhi,
dan fi’il mudhari’
|
|
|
Al-Isra [17]
|
Al-Jumuah [62]
|
|
Al-Hadid [57]
|
Al-Taghabun [64]
|
|
Al-Hasyr [59]
|
Al-A’la [87]
|
|
Al-Shaff [61]
|
|
|
Lafal “Tabaraka”
|
|
|
Al-Furqon [25]
|
Al-Mulk [67]
|
|
|
|
|
2. Pembukaan Surah
dengan Lafal “seruan”
Ada
sepuluh surah yang dimulai dengan lafal seruan :
·
Seruan “Ya
ayyuhal-Muzzammil”yakni dalam surah Al-Muzzammil [73].
·
Seruan “Ya ayyuhal-Muddatstsir” yakni dlam
surah Al-Muddatstsir [74].
·
Tiga Surah dalam seruan “Ya ayyuhan-Nabiyyu”, yakni dalam surah al-Ahzab [33], Al-Tahrim
[66], Al-Thariq [86]
·
Seruan “Ya
ayyuhal-Ladzina Amanu” yakni dalam surah An-Nisa [4], Al-Hajj [22],
Al-Maidah [5], Al-Hujurat [49], dan Al-Mumtahanaah [60].
3. Pembukaan surah dengan “jumlah khabariyyah”(kalimat berita)
Ada dua puluh tiga surah yang dimulai
dengan jumlah khabariyah (kalimat berita), yang diungkapkan dalam bentuk fi’il
madhiy, fi’il mudhari’, atau dalam bentuk lainnya, seperti dalam surah :
Al-Anfal [8[
|
Al-Zumar [39]
|
Al-Haqqah [69
|
Al-Qadr [97]
|
Al-Tawbah [9]
|
Muhammad [47]
|
Al-ma’arij [70]
|
Al-Bayyinah [98]
|
Al-Nahl [16]
|
Al-Fath [48]
|
Nuh [71]
|
Al-Qari’ah [101]
|
Al-Anbiya [21]
|
Al-Qamar [54]
|
Al-Qiyamah [75]
|
Al-Takatsur [102]
|
Al-Mu’minun [23]
|
Ar-Rahman [55]
|
‘Abasa [80]
|
Al-Kawtsar [108]
|
Al-Nur [24]
|
Al-Mujadilah [75]
|
Al-Balad [90]
|
|
4. Pembukaan surah dengan
“huruf sumpah”
Ada lima
belas surah yang dimulai dengan “sumpah-sumpah” (waw qasam) yaitu:
Al-Saffat [37]
|
:
|
Wash-Shaffati
|
Adz-Dzariyat [51]
|
:
|
Wadz-Dzariyati
|
Al-Thur [52]
|
:
|
Wath-Thuri
|
Al-Najm [53]
|
:
|
Wan-Najmi
|
Al-Mursalat [77]
|
:
|
Wal-Mursalat
|
Al-Nazi’at [79]
|
:
|
Wan-Nazi’ati
|
Al-Buruj [85]
|
:
|
Wa-Sama’i Dzatil-Buruj
|
Al-Thariq [86]
|
:
|
Wa-Sama’i Wath-Thariq
|
Al-Fajr [89]
|
:
|
Wal-Fajri
|
Al-Syams [91]
|
:
|
Wasy-Syamsi
|
Al-Layl [92]
|
:
|
Wal-Layli
|
Al-Dhuha [93]
|
:
|
Wadh-Dhuha
|
Al-Tin [95]
|
:
|
Wat-Tini
|
Al-‘Adiyat [100]
|
:
|
Wal-‘Adiyati
|
Al-Ashr [103]
|
:
|
Wal-‘Ashri
|
5. Pembukaan surah dengan
“huruf syarat”
Ada tujuh surah yang diawali oleh huruf syarat (idza), yakni dalam surah
:Al-Waqiah [56], Al-Munafiqun [63], Al-Takwir [81], Al-Infithar [82],
Al-Insyiqaq [84], Al-Zalzalah [99], Dan Al-Nashr [110]
6. Pembukaan surah dengan
kalimat perintah (amr).
Ada enam surah yang diawali oleh kalimat
perintah (amr), yakni dalam surah
Al-Jinn [72], Al-Kafirun [109], Al-Ikhlas [112], Al-Falaq [113], Dan An-Nas
[114].
7. Pembukaan surah dengan
“kalimat pertanyaan”
Ada enam surah yang dimulai dengan kalimat
pertanyaan, seperti yang terdapat dalam suratAl-Jatsiyah [4], Al-Naba [78], Al-Ghasiyah [88], Alam Nasrh (94],
Al-Fil [105], Dan Al-Maun [107].
8. Pembukaan surah dengan
lafal “kutukan”
Ada
tiga surah yang dimulai dengan lafal yang berarti “kutukan” seperti yang
terdapat dalam surah Al-Muthaffifin [83], Al-Humazah [104], dan Al-Lahab [111]
9. Pembukaan surah
dengan kata “karena”
Hanya satu surah yang diawali oleh kata
“ta’il” (oleh karena/dengan sebab), yakni dalam surah Al-Quraisy [106]
10. Pembukaan surah dengan
“huruf-huruf potong”
Ada dua puluh Sembilan surah yang dimulai
oleh huruf-huruf potong, yakni:
Shad [38]
|
:
|
Shad
|
Al-‘Ankabut [29]
|
:
|
Alif Lam Mim
|
Qaf [50]
|
:
|
Qaf
|
Al-Rum [30]
|
:
|
Alif Lam Mim
|
Al-Qolam
[68]
|
:
|
Nuun
|
Luqman [31]
|
:
|
Alif
Lam Mim
|
Thaha [20]
|
:
|
Thaahaa
|
Al-Sajdah [32]
|
:
|
Alif Lam Mim
|
Al-Naml
|
:
|
Thaasiin
|
Yunus [10]
|
:
|
Alif
Lam Raa
|
Yasin [36]
|
:
|
Yaasiin
|
Hud [11]
|
:
|
Alif Lam Raa
|
Al-Mu’min
[40]
|
:
|
Haamiim
|
Yusuf [12]
|
:
|
Alif
Lam Raa
|
Fushilat [41]
|
:
|
Haamiim
|
Ibrahim [14]
|
:
|
Alif Lam Raa
|
Al-Syura
[42]
|
:
|
Haamiim
|
Al-Hijr [15]
|
:
|
Alif
Lam Raa
|
Al-Zukhruf
[43]
|
:
|
Haamiim
|
Al-Syu’ara [42]
|
:
|
Tha Sin Mim
|
Al-Dukhan
[44]
|
:
|
Haamiim
|
Al-Qashas [28]
|
:
|
Tha
Sin Mim
|
Al-Jatsiyah
[45]
|
:
|
Haamiim
|
Al-A’raf [7]
|
:
|
Alif Lam Mim Shad
|
Al-Ahqaf
[46]
|
:
|
Haamiim
|
Al-Ra’d [13]
|
:
|
Alif
Lam Mim Raa
|
Al-Baqoroh
[2]
|
:
|
Alif Lam Mim
|
Maryam [19]
|
:
|
Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shad
|
Ali
‘Imran[3]
|
:
|
Alif Lam Mim
|
|
|
|
Nama
anggota:
1.
Giwang
gana.s 2. Ansori
2.23 Mengenal Rasm AlQur’an.
Rasm berasal dari kata rasama-yarsamu, berarti mengganbar atau
melukis. yang di maksud dalam pembahasan ini adalah melukis kalimat yang
merangkai huruf-huruf hija’iyyah. Dengan kata lain, Ilmu Rasm Al Quran
adalah ilmu yang memepelajari tenteng penulisan mushaf yang khusus.
Proses penulisan Al
Qur’an telah di mulai semenjak zaman Nabi. Kerinduan Nabi terhadap kedatangan
wahyu tidak saja diekspresikan dalam bentuk hafalan, tetapi juga dalam bentuk
tulisan. Nabi sendiri mempunyai sektretaris pribadai yang khusus bertugas
mencatat wahyu, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abban bin Sa’dan, Khalid,
Sa’id, Khalid bin Walid, dan Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Penulisan Al Qur’an
pada masa Nabi masih dilakukan secara sederhana, yaitu di atas lontaran kayu,
pelepah korma, tulang, dan batu. Kegiatan tulis menulis Al Qur’an pada masa
Nabi, di samping di lakukan parasekretaris Nabi, juga di lakukan para sahabat
lainnya. Kegiatan itu didasarkan pada hadits Nabi yang telah di riwayatkan oleh
imam muslim.
“janganlah kamu menulis sesuatu yang
bersal dari, kecua;I Al Qur’an. Barang siapa telah menulis dariku selain Al
Qur’an hendaklah ia menghapusnya. Ceritakan saja apa yang diterima dariku, itu
tidak mengapa. Siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku, niscaya akan
menduduki posisinya di neraka. (H.R. Muslim).
Uraian di atas
memperlihatkan bahwa penulisan Al Qur’an pada masa Nabi tidak ditulis pada stu
tempat, melainkan pada tempat yang terpisah-pisah. Hal ini bertolak dari dua alasan berikut ini:
1.
Proses penurunan Al Qur’an masih berlanjut sehingga ada kemungkinan
yang turun belakangan ”menghapus” redaksi dan ketentuan hukum apa yang sudah
turun terlebih dahulu.
2.
Penerbitan ayat-ayat dan surat-surat Al Qur’an tidak bertolak dari
kronologi turunnya, tetapi bertolak dari keserasiaan antar satu ayat dengan ayat
lainnya, atau antara ayat atau surat yang turun belakangan ditulis dahulu
daripada ayat atau yang turun terlebih dahulu.
Pada zaman Nabi, Alqur’an masih di tulis dengan
menggunakan Khat Arab dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu Khat Nibthi
yang berasal dari bangsa Ambar. Bentuk tulisan ini sangat berbeda dengan khat
arab sekarang. Satu kata ditulis dengan menggunakan huruf terpisah-pisah.
Disamping itu, terdapat pula kata-kata Alqur’an yangberbeda antara tulisan dan
pengucapannya, seperti kata dan pada perkembangan selanjutnya, setelah
memisahkan diri dari pengaruh Khat Nibthi, Khat Arab tampil dalam dua bentuk:
1.
Khat al-jaf yang lebih di kenal dengan khat al-madani (
tulisan al madinah) dan banyak dipergunakan leh penduduk Madinah dikenal pula
dengan khat yang memiliki sudut( dzi az- zawa).
2.
Khat al-ayin yang digunakan dalam persoalan-persoalan
keseharian, dan di kenal dalam khat makki dan banyak digunakan penduduk Makkah.
Abd al-Aziz marzuq menegaskan bahwa pada zaman
Nabi para sahabat lebih banyak menggunakan khat makkiketika menulis ayat
Alqur’an karena lebih mudah ditulis, sedangkan surat-surat yang dikirim kepada
para raja ditulis dengan menggunakan dua macam khat itu.
2.24 Rasmul Utsmani.
Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian
disiplin ilmu alqur’an yang mana di dalamnya mempelajari tentang penulisan
Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan
lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul
Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsmani.
Tulisan al-Quran
‘Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman ra. (Khalifah
ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya penyalinan al-Quran yang
dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Ustman pada tahun 25H. oleh para
Ulama cara penulisan ini biasanya di istilahkan dengan “Rasmul ‘Utsmani’. Yang
kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.
Para Ulama berbeda
pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa
tulisan tersebut bersifat taufiqi (ketetapan langsung dari Rasulullah), mereka
berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada salah
satu Kuttab (juru tulis wahyu) yaitu Mu’awiyah tentang tatacara penulisan
wahyu. diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak
dalam kitabnya “al-Ibriz” yang menukil perkataan gurunya “ Abdul ‘Aziz
al-Dibagh”, “bahwa tulisan yang terdapat pada Rasm ‘Utsmani semuanya memiliki
rahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat yang memiliki andil, seperti
halnya diketahui bahwa al-Quran adalah mu’jizat begitupula tulisannya”. Namun
disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul Ustmani bukanlah
tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran saja.
Rasmul Al-Qur’an atau
Rasm Utsmani atau Rasm Utsman adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang
ditetapkan pada masa khalifah utsman bin Affan. Istilah rasmul Qur’an diartikan
sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan
sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat
yang terdiri dari, Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin
Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama meringkas
kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu :
1. Al-Hadzf ( yaitu membuang,
menghilangkan, atau meniadakan huruf ). contohnya menghilangkan huruf alif pada ya nida’. (يَََآَ يها النا س ).
2.
Al-Jiyaddah ( yaitu menambahakan huruf ), seperti
menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hukum jama’ (بنوا اسرا ئيل )
dan menambah alif setelah hamzah marsumah ( hamzah yang
terletak di depan huruf wawu) ( تالله تفتؤا).
3.
Al-Hamzah, salah satu
kaidahnya bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf yang
berharakat seelumnya. contohnya, (ائذن ).
4.
Badal,
( penggantian ), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada
kata. (الصلوة).
5.
Washal
dan fashal,
( penyambungan dan pemisahan ), seperti pada kata kul yang di iringi dengan
kata maa ditulis dengan di sambung. ( كلما ).
6.
kata yang di baca dua
bunyi. Suatau kata yang di baca dua bunyi penulisannya di sesuaikan dengan
salah satu bunyinya. Di dalam Mushaf utsmani
penulisan kata semacam itu, ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya, ,(ملك يوم الدين ).
Para ulama telah berbeda
pendapat mengenai status rasmul Al-Qur’an ini. Sebagian dari mereka berpendapat
bahwa rasmul qur’an bersifat tauqifi.yang mana mereka merujuk pada sebuah
riwayat yang menginformasikan bahwa nabi pernah berpesan kepada mu’awiyah,salah
seorang seketarisnya, “Ambillah tinta, tulislah huruf” dengan qalam (pena),
rentangkan huruf “baa”, bedakan huruf
“siin”, jangan merapatkan lubang
huruf “miim”, tulis lafadz “Allah”
yang baik, panjangkan lafadz “Ar-Rahman”, dan tulislah lafadz “Ar-Rahim” yang
indah kemudian letakkan qalam-mu pada telinga kiri, ia akan selalu mengingat
Engkau. Merekapun mengutip pernyataan Ibnu Mubarak :“Tidak seujung rambutpun
dari huruf Qur’ani yang ditulis oleh seorang sahabat Nabi atau lainnya. Rasm
Qur’ani adalah tauqif dari Nabi (yakni atas dasar petunjuk dan tuntunan
langsung dari Rasulullah SAW). Beliaulah yang menyuruh mereka (para sahabat)
menulis rasm qur’ani itu dalam bentuk yang kita kenal, termasuk tambahan huruf
alif dan pengurangannya, untuk kepentingan rahasia yang tidak dapat dijangkau
akal fikiran, yaitu rahasia yang dikhususkan Allah bagi kitab-kitab suci
lainnya”.
Sebagian besar para
ulama berpendapat bahwa rasmul qur’an bukan tauqifi,tetapi merupakan
kesepakatan cara penulisan yang disetujui oleh ustman dan diterima
umat,sehingga wajib diikuti dan di taati siapapun yang menulis alqur’an. Tidak
yang boleh menyalahinnya, banyak ulama terkemuka yang menyatakan perlunya
konsistensi menggunakan rasmul ustmani.
Dengan demikian,
kewajiban mengikuti pola penulisan Al Qur’an versi Mushaf ‘Utsmani
diperselisihkan para ulama. Ada yang mengatakan wajib, dengan alasan bahwa pola
tersebut merupakan petunjuk Nabi (tauqifi). Pola itu harus dipertahankan
walaupun beberapa di antaranya menyalahi kaidah penulisan yang telah dibakukan.
Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal dan Imam Malik berpendapat haram hukumnya menulis
Al Qur’an menyalahi rasm ‘Utsmani. Bagaimanpun, pola tersebut sudah merupakan
kesepakatan ulama mayoritas (jumhur ulama).
Ulama yang tidak
mengakui rasm ‘Utsmani sebagai rasm tauqifi, berpendapat bahwa tidak ada
masalah jika Al Qur’an ditulis dengan pola penulisan standar (rasm imla’i).
Soal pola penulisan diserahkan kepada pembaca. kalau pembaca lebih mudah denga
rasm imlai’ ia dapat menulisnya dengan pola tersebut, karena pola penulisan
hanya symbol pembacaan dan tidak mempengaruhi makna Al Qur’an.
2.25 Hubungan
Rasmul Qur’an dengan Qiro’at.
Meskipun mushaf Utsmani
tetap dianggap sebagai satu-satunya mushaf yang dijadikan pegangan bagi umat
Islam diseluruh dunia dalam pembacaan Al-Qur’an, namun demikian masih terdapat
juga perbedaan dalam pembacaan. Hal ini disebabkan penulisan Al-Qur’an itu
sendiri pada waktu itu belum mengenal adanya tanda-tanda titik pada huruf-huruf
yang hampir sama dan belum ada baris harakat.
Sebagaimana yang telah
dijelaskan bahwa keberadaan mushaf ‘ustmani yang tidak berharakat dan bertitik
ternyata masih membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qira’at. Hal
itu di buktikan dengan masih terdapatnya keragaman cara membaca Al-Qur’an.
Dengan demikian hubungan rasmul Qur’an
dengan Qira’at sangat erat. Karena semakin lengkap petunjuk yang dapat
ditangkap semakin sedikit pula kesulitan untuk mengungkap pengertian-pengertian
yang terkandung didalam Al-Qur’an.Untuk mengatasi permasalahan tersebut Abu
Aswad Ad-Duali berusaha menghilangkan kesulitan-kesulitan yang sering dialami
oleh orang-orang Islam non Arab dalam membaca Al-Qur’an dengan memberikan
tanda-tanda yang diperlukan untuk menolong mereka membaca ayat-ayat al-Qur’an dan
memahami kandungan ayat-ayat al-Qur’an tersebut.
2.26 Hubungan
Rasm dengan Al Qur’an
Cara penulisan Alqur’an
(rasm Alqur’an) dapat mempengaruhi pemaham Alqur’an meskipun tidak selamanya
demikian. Sebagai contoh, perbedaan rasm utsmani dengan rasm qiro’at Alqur’an terkadang
berpengaruh pula dalam memahami Alqur’an. Adanya perbedaan cara membaca suatu
kata Alqur’an menyebabkan terjadinya perbedaan dalam cara penulisan contoh,
berikut ini memperlihatkan pengaruh ini.
a.
Surat Al Baqarah ayat 222:
“Merek bertanya kepadamu
tentang haidh. Katakanlah “Haidh itu suatu kotoran” oleh sebab itu hendaklah
kamu menjauh diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekayi
mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukainya orang-orang yang mensucikan
diri”(QS. Al-Baqarah: 222).
Berkaitan dengan
ayat diatas, diantara imam qiro’at tujuh, yaitu Abu Bakar Syu’bah, (Qiro’at
Ashim riwayat Syu’bah), Hmzah dan Kisa’I membaca kata yath-hurna dengan member
syiddah pada huruf tha dan ha, sehingga lafalnya menjadi yuththahhirrna.
Berdasarkan perbedaan qiro’at ini, para ulama fiqih berbeda pendapat sesuai
banyaknya perbedaan qiro’at. Ulama yang membaca yath-hurna berpendapat bahwa
seorang suami yang tidak diperkenalkan berhubungan dengan istrinya yang lagi
haidh, kecuali bila istrinya telah suci atau berhenti dari keluarnya darah
haidh. sementaera yang membaca yuththahhirna menafsirkan bahwa seorang suami
tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan istrinya kecuali sitrinya bila
sudah suci.
b.
Surat an-Nisaa ayat 43.
“Dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau adatang adri tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah
dengan tanah yang baik, sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.(QS. An-Nisaa: 43).
Berkaitan
dengan ayat ini, imam Hamzah dan al-Kisa’I membedakan huruf lam pada kata
lamastum. Sementara imam lainnya memanjangkannya. Bertolak dari perbedaan ini,
terdapat tiga versi pendapat ulama mengenai maksdud dari kata itu, yaitu
bersetubuh, bersetuh, dan bersentuh sambil bersetubuh. Berdasarkan dengan
qiro’at itu, ada ulama fiqh yang berpebdapat bahwa persentuhan laki-laki dan
perempuan dapat membatalakn wudhu. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa
persentuhan itu tidak membatalkan wudhu, kecuali kalau berhubungan badan.
c.
Surat al-Maidah ayat 6.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dengan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu kakimu sampai dengan kedua mata kakimu. (QS. Al-Maidah ayat:6).
Berkaitan dengan
ayat ini, Nafi’ Ibn Amr,Hafs, dan al-Kisa’I membacanya dengan arjulukum, sementara imam lainnya
membacanya arjulakum. Mayoritas ulama
lain yang berpegang pada bacaan arjulakum,
berpendapat wjibnya membasuh kedua kaki dan tidak membedakan dari beberapa
hadits. Ulama-ulama syi’ah imamiyyah berpegang pada bacaan arjulakum sehingga mereka mewajibkan menyau kedua kaki dalam wudhu.
Pendapat
ini di riwayatkan juga dari Ibn Abbas dan Anas bin Malik.
Nama anggota :
1 Aldi ardiansyah
2.
Tiya ayu ruslana
2.26 MAKKI WAL MADANI
Ilmu makki wal
madani adalah ilmu yang membahas tentang
surat-surat dan ayat-ayat yang man di turunkan di mekkah dan yang mana di
turunkan di madinah. Oleh karena itu para ulama menetapkan bahwa masa turunya
ayat/ surat adalah merupakan dasar penentuan makkiyah atau madaniyahnya.
Cara
mengetahui surat makkiyah dan madaniyah
Sesuai
dengan qiyasi (pedoman yang bersifat analogis) yang telah di tetapkan , maka
ciri-ciri khas surat makkiyah ada 2 macam, yaitu :
Yang
bersifat qat’i dan bersifat aghlabi.
Ciri-ciri
khas yang bersifat qath’i dari surat makkiyah adalah :
1.
Setiap surat
yang mengandung ayat sajdah
2.
Setiap surat
yang didalamnya terdapat lafadh kalla
3.
Setiap surat
yang terdapat kisah-kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, kecuali surat
Al-Baqarah
4.
Setiap surat
yang terdapat kisah nabi Adam dan umat-umat terdahulu, kecuali Surat
Al-Baqarah.
5.
Setiap surat
yang dimulai dengan huruf tahajji (huruf abjad),Kecuali surat Al-Baqarah dan
Al- imron
Adapun yang bersifat khas yang bersifat aghlabi dari
rurat makkiyah adalah :
1.
Ayat-ayat dan
surat-suratnya pendek-pendek, nada dan perkataanya keras dan agak bersahajak.
2.
Mengandung
seruan untuk beriman kepada Allah SWTdan hari akhir serta menggambarkan syurga
dan neraka
3.
Banyak
terdapat lafadh qasam(sumpah)
Sedangkan ciri-ciri khas dan surat-surat madaniyah yang
bersifat qat’i adalah sebagai berikut :
1.
Setiap surat
yang mengandung izin berjihad, atau ada penerangan tentang jihad dan penjelasan
tentang hukum-hukumnya.
2.
Setiap surat
yang menjelaskan secara terperinci tentang hukum pidana, fara’idh, hak-hak
perdata,peraturan-peraturan yang berhubungan dengan bidang keperdataan,
kemasyarakatan dan kenegaraan.
3.
Setiap surat
yang mendebat kepercayaan ahli kitab, dan mengajak mereka tidak
berlebih-lebihan dalam beragama.
4.
Suratnya
panjang-panjang, dan sebagian ayat-ayatnya pun panjang-panjang serta jelas
dalam menerangkan hukum dengan mempergunakan
uslub yang terang.
5.
Menjelaskan
secara terperinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukkan hakikkat
keagamaan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa Ulumul qur’an adalah
suatu materi yang mempelajari semua pembahasan atau intisari dari kitab suci AL
Quran seperti : asbabun nuzul , fawatirhus swari dan AL makiyy dan Madaniyy .
Pelajaran ini juga sangat bermanfaat untuk kalangan dewasa untuk mengetahui pembahasan
tentang AL Qur’an dan menjadi bahan pokok pengajaran .
Lucky Nugget Casino And Hotel in Las Vegas
BalasHapusThe Lucky Nugget casino hotel features an exciting 인천광역 출장마사지 mix of 천안 출장안마 slots, table games, and live entertainment. This is 동두천 출장샵 one of the most exciting 여수 출장샵 Las Vegas 광명 출장안마