MAKALAH
MATA
KULIAH TENTANG AKHLAK

Disusun oleh:
Sunandar hadi sugito
FAKULTAS
USULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
“SULTAN
MAULANA HASANUDDIN”
BANTEN
2012/1433H
KATA PENGATAR
Segala puji bagi
Allah Subhanallahu wata’ala Rabb semesta alam yang
Telah memberikan nikmatnya kepada kita yang tak terhingga
banyaknya.shalawat serta salam kita
panjatkan kepada nabi kita nabi Muhammad yang telah memberikan jalan kebenaran
sehingga akhir zaman.
Alhamdulillah dengan
ijin Allah yang maha kuasa,akhirnya kami dapat
Menyelesaikan tugas dalam mata kuliah komunikasi penyiaran
islam dengan judul’’ akhlak’’kami membahas tentang akhlak-akhlak yang di
ajarkan oleh agama islam.
Tidak banyak yang
dapat kami berikan,hanya ucapan terima kasih dan memohon maaf
Apabila terdapat banyak kekurangan dalam pembahasan saya dan
saran kalian yang kami butukan untuk kesuksesan dalam menjalani kehidupan
kedepan.amin.
Serang,27
september 2012
Sunandar hadi sugito
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahwa akhlak
ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut
akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.
Jadi akhlak
pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul
kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran,
maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan
yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.[1]
Mengejar nilai materi saja, tidak bisa dijadikan
sarana untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana
yang hebat, karena orientasi hidup manusia semakin tidak memperdulikan
kepentingan orang lain, asalkan materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainya,
akhirnya timbul persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak
memerlukan lagi agama untuk mengendalikan segala perbuatannya, karena
dianggapnya tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan hidupnya.[2]
Disamping akhlak kepada Allah
Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun
beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita
kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan
kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun
demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan
dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat
telah melakukannya.
Pada dasarnya,
utusan Tuhan (rasulullah) adalah manusia biasa yang tidak berbeda dengan
manusia lain. Namun demikian, terkait dengan status “rasul” yang disandangkan
Tuhan ke atas dirinya, terdapat ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan
yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan
pokok masalah yang dibicarakan tentang, “Akhlak Terhadap Rasulullah” maka
rumusan masalah ini difokuskan pada :
- Apa yang dimaksud dengan Akhlak itu ?
- Apa yang
melatarbelakangi berakhlak kepada Rasullah ?
- Bagaimana cara berakhlak dengan Rasulullah
itu ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah bagaimana
kita dapat mengerti cara yang tepat berakhlak kepada Rasullah, dikarenakan
beliau adalah seorang manusia sekaligus rasul yang paling sempurna akhlak
diantara makhluk lain ciptaan Allah. Jadi, tujuan penulisan makalah ini kurang
lebih sebagai berikut:
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Akhlak.
- Dengan mempelajari
dan memahami bahan makalah ini, tentang pembahasan Akhlak kepada
Rasulullah, maka kita dituntut agar dapat mengamalkannya di dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa menjadi umat yang berbakti
kepada Rasulullah. Amien.
D.
METODE PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini kami
menggunakan 2 metode yakni dengan metode kepustakaan dan juga dengan mencari
bahan-bahan yang sesuai dengan judul yang diberikan kepada kami melalui
blog-blog di internet dan semoga semuanya sesuai dengan apa yang diharapkan
dosen dan semua teman-teman kelas III B.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
AKHLAK
Sebelum melangkah lebih jauh membahas masalah materi Ilmu Akhlak, seyogyanya
perlu dimengerti terlebih dahulu tentang definisi Ilmu Akhlak itu. Untuk itu
pembicaraan mengenai definisi akhlak, akan ditelusuri melalui dua pendekatan,
yaitu pendekatan dari aspek bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah Islam
(terminologi).
1.
Definisi Akhlak Secara Etimologi
Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’
dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (خلق) yang menurut logat diartikan : budi pekerti,
perangai, tingkah laku dan tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan “khalkun” (خلق) yang berarti kejadian, serta erat
hubungannya dengan “khaliq” (خالق) yang berarti Pencipta dan “Makhluk” (مخلوق )
yang berarti diciptakan.
Perkataan
akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus
Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Di dalam Da
’iratul Ma’arif dikatakan:
“Akhlak ialah
sifat-sifat manusia yang terdidik”.
Bahwa akhlak
ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut
akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.
Jadi akhlak
pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul
kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran,
maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan
yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.[3]
2.
Definisi “Akhlak” Aspek Terminologi:
Berikut ini akan dibahas definisi “akhlak” menurut aspek terminologi. Beberapa
pakar mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
a)
Ibn Miskawih
“Keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (lebih dulu).
b)
Versi Imam Al-Ghazali
“Akhlak ialah
suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
(lebih dulu).
c)
Prof. Dr. Ahmad Amin
“Sementara
orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.
Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan
akhlaak”.
Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia
setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang
sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini
mempunyai kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama
akhlak.
Akhlak dermawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak.
Dari kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi
derma. Ketentuan ini adalah kehendak, dan kehendak ini bila dibiasakan akan
menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.[4]
B. IMAN KEPADA RASULULLAH
Rasul itu ialah
seorng laki-laki merdeka yang diberikan wahyu oleh allah tentang agama dan
mendapat perintah supaya menyiarkannya(tabligh)kepada semua makhluk(terutama
manusia dan jin).kalau tidak mendapat perintah bertabligh,maka dia disebut nabi
saja.
Jelasnya,seorang
Rasul itu diwajibkan bertabligh untuk menyampaikan syariat agama kepada
masyarakat, sedangkan seorang Nabi tidak ditugaskan demikian. Seorang nabi
hanya diwajibkan memberitahukan kepada masyarakat bahwa dirinya itu nabi dan
memberi penerangan tentang syariat seorang Rasul, terutama mengenai perkara
gaib. Para nabi dan rasul itu adalah hamba-hamba Allah yang paling utama.
Firman Allah SWT,
Dan semua
mereka itu kami lebihkan atas sekalian alam (Al-An,am, 6;86)
Adapun
banyaknya nabi dan rasul itu tidak ada yang tahu selain Allah SWT. Kita kaum
muslimin wajib percaya bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul dan mengangkat
para nabi dan rasul mulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad SAW.
Tujuan pokok
dari kebangkitannya para Rasul itu ialah untuk mengajak ummatnya agar beribadah
kepada Allah serta menegakkan agama-nya.
Firman Allah
SAW;
Tidaklah kami
mengutus seorang rasul yang sebelum kamu (Muhammad),melainkan kami memberi
wahyu kepadanya, yaitu tiada Tuhan melainkan aku sendiri, sembahlah olehmu akan
Aku. (Al-Ambiya, 21;25)
Kehadiran para
Rasul adalah untuk membimbing umat manusia supaya berada dalam jalan yang benar
yang dikehendaki Allah dan Rasulnya, memiliki akhlak mulia dan sopan santun
yang mempertinggi jiwa. Rasul juga berupaya menetapkan hukum-hukum dan segala
peraturan yang harus diikuti oleh manusia selama hidupnya.
Dengan demikian
arti beriman kepada nabi dan rasul adalah tidak cukup hanya dengan pengakuan
hati dan lisan saja, tetapi harus disertai dengan kesediaan melaksanakan
seruannya dalam kenyataan hidup sehari-hari, sehingga manfaatnya lebih terasa
lagi.[5]
C. BAGAIMANA AKHLAK RASULULLAH ITU...?
Beliau adalah
manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat dermawan, paling dermawan di
antara manusia. Pada bulan Ramadhan, beliau lebih dermawan lagi, lebih kencang
memberi dibanding angin yang berhembus.
Jika memilih
urusan, beliau pilih yang paling mudah selama tidak melanggar syariat Allah.
Beliau sangat menghindar dari dosa. Jika diri beliau dizalimi, beliau sangat
sabar. Namun, jika hak Allah yang dilanggar, beliau sangat murka.
Sangat pemalu
melebihi gadis pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, langsung terlihat
pada raut wajahnya. Beliau tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika
beliau suka maka dimakanlah makanan itu. Jika tidak suka, maka beliau
tinggalkan tanpa mencelanya.
(Sumber: HR.
Al-Bukhari, no. 3549, 35554, 3560, 3562, dan 3563)
Bicaranya
sangat fasih dan jelas. Beliau menguasai logat-logat bangsa Arab. Mampu
berbicara pada tiap suku bangsa Arab dengan logat masing-masing suku.
Jika dimintai
sesuatu, beliau tidak pernah menjawab, “Tidak.”
Beliau sangat
pemberani. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang jika bertemu beliau,
mereka lari. Ali bin Abi Thalib berkata, “Jika kami sedang ketakutan
dan dikeppung bahaya, kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Tak satu pun yang jaraknya lebih dekat kepada musuh selain beliau.”
Beliau sangat
jujur dan amanah. Sebelum diutus menjadi nabi dan rasul, beliau dijuluki
“Al-Amin”. Al-Amin artinya “yang terpercaya”. Bahkan, musuh pun mengakui
kejujuran dan amanahnya. Abu Jahal pernah berkata, “Kami tidak
mendustakan dirimu, tetapi kami mendustakan ajaranmu.”
Beliau sangat
tawadhu` dan jauh dari sifat sombong. Jika beliau datang ke suatu majelis,
beliau tidak mau disambut seperti raja. Biasanya, jika seorang raja datang,
orang-orang berdiri untuk menyambutnya. Namun Rasulullahshallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak ingin disambut seperti raja. Mari kita lihat, betapa
rendah hatinya beliau.
Beliau biasa
menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang miskin, memenuhi undangan
hamba sahaya, dan duduk-duduk bersama sahabatnya.
Beliau sangat
suka memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling penyayang, dan lembut
terhadap orang lain, suka memaafkan, dan lapang dada. Terhadap pembantu, beliau
tidak pernah membentak atau menyalahkan pekerjaan pembantunya yang tidak beres.
Terhadap orang miskin, beliau cinta dan suka duduk-duduk bersama. Beliau
menghadiri (pemakaman, ed) jenazah orang-orang miskin, dan tidak mencela orang
miskin karena kemiskinannya.
Beliau
senantiasa gembira, lebih banyak diam. Tawa beliau adalah dengan senyuman. Jika
bicara tidak terlalu pelan dan tidak terlalu keras suaranya. Bicaranya jelas,
bahasanya fasih dan mudah dimengerti.[6]
D.
DASAR PEMIKIRAN
AKHLAK TERHADAP RASULULLAH
Berakhlak
kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia
kepada Rasulullah sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia
kejalan yang benar.
Berakhlak
kepada Rasulullah perlu dilakukan atas dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Rasulullah SAW sangat besar jasanya dalam menyelamatkan kehidupan
manusia dari kehancuran. Berkenaan dengan tugas ini, beliau telah mengalami
penderetin lahir batin, namun semua itu diterima dengan ridha.
2. Rasulullah SAW sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia.
Pembinaan ini dilakukan dengan memberikan contoh tauladan yang baik. Allah
berfirman:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ ﴿الاحزاب٢١ ﴾
Artinya: Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik. (al-Ahzab 21)
3. Rasulullah SAW berjasa dalam mejelaskan al-Qur’an kepada manusia,
sehingga menjadi jelas dan mudah dilaksanakan. Penjelasan itu terdapat dalam
haditsnya, Firman Allah SWT:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي
الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ
مُّبِينٍ ﴿ألجمعة ٢﴾
Artinya: Dialah
yang mengutus kepada kamu yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata. (QS al-Jumu’ah, 62; 2).
4. Rasulullah SAW telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran
yang sangat mulia dalam berbagai bidang kehidupan.
5. Rasulullah SAW telah memberikan contoh modek masyarakat yang sesuai
dengan tuntunan agama, yaitu masyarakat yang beliau bangun di Madinah.
E.
CARA BERAKHLAK
KEPADA RASULULLAH
Adapun diantara
akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada
rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita
nyatakan sebagaimana hadist nabi saw;
Aku ridho
kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan
rasul.
Beriman kepada
nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai
utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima
segala ajaran yang disampaikannya.
Banyak
cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Mengikuti dan
mentaati Rasulullah SAW
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi
orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting
dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati
Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam
firman Allah:
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ
اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً ﴿ألنسا ٦٩﴾
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu
Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah
SWT akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari
Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿الإمران٣١ ﴾
Artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah SAW diutus memang untuk
ditaati, Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ ﴿ألنسا ٦٤﴾
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati
dengan izin Allah (QS 4:64).
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan
mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah
Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua
sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah
berfirman:
مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن تَوَلَّى فَمَا
أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظاً ﴿ألنّسا ٨٠﴾
Artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).
Tunduk dan
patuh kepada ajaran yang disampaikan Rasul. Allah berfirman:
قُلْ أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ ﴿ألنّور ٥٤﴾
Artinya: Katakanlah:
"Ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul. (QS an-Nur 54).
2.
Mencintai dan
memuliakan Rasulullah
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul
adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan
bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan
dalam firman Allah
قُلْ إِن كَانَ
آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي
سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي
الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾
Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di
jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
Mencintai
ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad SAW, bersabda:
لايؤمن أحدكم
حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده وولَده والنّاس أجمعين.
Artinya: Tidak
beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada
dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari
Muslim).
3.
Mengucapkan
sholawat dan salam kepada Rasulullah
Mengucapkan
sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda ucapan terimakasih
dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah
yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi,
itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, Firman Allah SWT,
Rasulullah SAW
dalam sabdanya menyatakan sebagai berikut:
البخيل
من ذكرت عنده فلم يصلّ علىّ
Artinya: Orang
yang kikir ialah orang yang menyebut namaku didekatnya, tetapinia tidak
bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad ).
من
صلّى علىّ صلاة صلّى الله عليه بها عشرا
Artinya: Siapa
yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh
kali sholawat. (H.R Ahmad).
إنّ
اولى النّاس بى يوم القيامة اكثرهم عليّ صلاة
Artinya: Sesungguhnya
orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat, ialah orang yang paling
banyak bersholawat kepadaku. (H.R Turmudzi).
4.
Mencontoh
akhlak Rasulullah.
Jika
Rasulullah bersikap kasih saying keras dalam memperthankan prinsip, dan
seterusnya maka manusia juga harus demikian. Allah berfirman:
مُّحَمَّدٌ
رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ
وَرِضْوَاناً ﴿الفتح ٢٩ ﴾
Artinya: Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS al-Fath
29).
5.
Melanjutkan
Misi Rasulullah.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas
yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat
dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian,
menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak
menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan
kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani
Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja,
maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari
dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang
yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.
6. Menghormati Pewaris Rasul
Berupaya
menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan yang orang-orang yang tidak
suka padanya.[7]
Berakhlak
baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni
para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni
yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ
اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ﴿٢٨﴾
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah
ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw:
Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui
kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah
mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya
tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap
dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena
pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka
orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk
menghormatinya.
7. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi
yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang
berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan
sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:
Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila
berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim).
Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap
bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda:
Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan.
Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah
para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan
waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bid’ah
dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu
Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat
penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw. [8]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Akhlak adalah
budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang berakhlak mulia akan
selalu manis dilihat orang-orang di sekitar.
Rasulullah
adalah Uswatun Hasanah bagi kita semua umat Islam, dari beliau kita
mendapat anugerah yang begitu besar. Bukan hanya Rasulullah Saw, tetapi
Rasul-Rasul yang diutus Allah pun selain Nabi Muhammad Saw juga mempunyai
akhlak yang begitu mulia pula.
Akhlak terhadap
Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat penting bagi kehidupan kita,
karena akhlak beliau yang begitu sempurna kita juga harus memperlakukan beliau
dengan begitu sempurna juga, dilihat dari cerita pada zaman sahabat-sahabat
beliau yang begitu mengagungkan beliau dan begitu hormatnya.
Adapun diantara
akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada
rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita
nyatakan sebagaimana hadist nabi saw;
Aku ridho
kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan
rasul.
Beriman kepada
nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai
utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima
segala ajaran yang disampaikannya.
Banyak
cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Mengikuti dan mentaati Rasulullah
SAW
2.
Mencintai dan memuliakan Rasulullah
3.
Mengucapkan sholawat dan salam
kepada Rasulullah
4.
Mencontoh akhlak Rasulullah.
5.
Melanjutkan Misi Rasulullah.
6.
Menghormati
Pewaris Rasul
7.
Menghidupkan
Sunnah Rasul
B.
SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu Jabir al-Jazairy, Pedoman dan program Hidup Muslim, CV Toha
Putra, Semarang, 1984, hlm 48. -http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani-ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul.
tgl 15. 12. 2011.
Usamah, Abu
Masykur, “Aku Cinta Rosul shallallahu ‘alaihi wa sallam“, cetakan pertama (Juni
2006/Februari 2007), , Penerbit: Darul Ilmi, Yogyakarta.
Asmaran,
Pengantar Studi Akhlak, PT. RajaGrafindo, Jakarta, 2002.
Rusli, Nasrun,
SH, dkk. Materi pokok akidah akhlak 1 , Direktorat jenderal pembianaan
kelembagaan agama islam dan universitas terbuka.1993.
Mustofa,
AKHLAK TASAWUF, Pustaka Setia, Banddung, 1997.
Mansyur, Akidah
Akhlak II. Penerbit Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1997, hlm 176.
Zahruddin AR,
Sinaga, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, RajaGrafindo, Jakarta, 2004
http://hapidzcs.blogspot.com/2011/12/akhlak-kepada-rasulullah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar